POLYESTER - SIZING TECHNIQUE
Kain Polyester
Kain dari bahan Polyester 100% atau campuran polyester adalah kain
sintetic / campuran sintetic yang sangat popular. Berkat kemajuan teknologi
spinning untuk serat polyester ada banyak jenis serat polyester yang dapat
diproduksi, dengan bentuk potongan melintang yang tak beraturan (irregular
cross sectional) seperti tipe “sutera”, tipe “wool” dsb, menjadikan kain kain
polyester dapt ditemukan dengan mudah dipasar. Serat polyester kebanyakannya di
campur/blending dengan serat cotton, disusul campuran dengan rayon dan
ramie/linen. Yang paling terkenal adalah campuran 65% polyester dan 35% cotton,
atau biasa dikenal dengan sebutan “P65/C35”.
Rasio perbandingan campuran antara polyester dan cotton tergantung dari
penggunaan, sedangakan rentang aneka
nomor benang yang dibuat dari serat ini sungguh sangatlah luas.
Sifat-
sifat serat polyester
Tingkat kebasahan, 25ºC dan RH 65% 0.4%
Tingkat kebasahan, 25ºC dan RH 95% 0.6 ~ 0.7%
Kandungan air yang diperkenankan 0.4%
Gauss’transition point
70 ºC
Strength g/denier (kering) 4.4 – 5.5 g/D
Strength g/denier (basah) 4.4
– 5.5 g/D
Elongation % (kering)
40 – 50%
Elongation % (basah) 40 – 50%
Seperti terlihat dalam table, serat polyester
memiliki tingkat kebasahan/ daya serap terhadap titik air tinggi, memiliki
tingkat recovery yang tinggi terhadap tarikan dan kuat terhadap panas, juga
kekuatan tarik dan daya mulurnya tidak berubah ketika basah.
Polyester sungguh kuat/tahan terhadap panas,
dan hasil percobaan menunjukkan bahwa tingkat warna tidak mengalami penurunan
(tidak menjadi buram) dan kekuatan tidak turun lebih dari 30% setelah 168 jam
pemanasan dengan suhu 150 ºC.
Instruksi
untuk menganji polyester 100%
1. Untuk
menganji polyester 100%, apakah menggunakan PVA (polyvinyl alcohol) sendirian
atau dicampur dengan SEDIKIT starch, maka PVA dengan derajat polymerisasi
P=2000 harus digunakan. Tambahkan PVA dengan P=500 apabila konsentrasinya perlu
tinggi (high density) dengan tetap menjaga kekentalannya. PVA dengan jenis
saponifikasi sebagian (partially hydrolyzed) harus dipakai ketika proses
pertenunan menggunakan kelembaban tinggi.
2. Jika daya
lekat tidak cukup dengan PVA sendirian, tambahkanlah acrylic secukupnya.
3. Sejumlah
kecil silicone (0,05 ~ 0,1%) perlu ditambahkan untuk meningkatkan kelicinan dan
menjaga bulu serat tidak timbul dan untuk mempermudah pemisahan lalatan lusi
setelah keluar dari cylinder drier.
Catatan:
a. Hati- hati, silicone dapat menyebabkan gagal laminating pada kain- kain yang akan dilapisi seperti kain gumed tape. Juga dalam jumlah tertentu dapat memblok zat warna sehingga menyebabkan kualitas pewarnaan jatuh.
b. Hati- hati pula dengan CMC (Carboxyl Methyl Cellulose) yang dapat menyebabkan gagal proses laminating bila produk akhir harus di laminated.
a. Hati- hati, silicone dapat menyebabkan gagal laminating pada kain- kain yang akan dilapisi seperti kain gumed tape. Juga dalam jumlah tertentu dapat memblok zat warna sehingga menyebabkan kualitas pewarnaan jatuh.
b. Hati- hati pula dengan CMC (Carboxyl Methyl Cellulose) yang dapat menyebabkan gagal proses laminating bila produk akhir harus di laminated.
4. Karena
sifat serat polyester adalah lembut, maka tidak dibutuhkan softening agent
apapun.
5. Untuk
serat polyester khusus dengan bentuk “irregular cross sectional”, bulu yang
muncul tidak mudah terpisah ketika mereka bertaut, maka lapisan kanji yang
dapat menidurkan bulu dengan baik adalah sangat penting untuk mencegah
munculnya bulu akibat gesekan.
6. Untuk
benang polyester dengan twist tinggi, maka konsentrasi dan viscositas harus
lebih rendah dari polyester yang normal.
7. Demikian
juga untuk benang polyester yang dipintal dengan teknik AIR JET/VORTEX
SPINNING, maka viscositas dan konsentrasi bisa dibuat lebih rendah dari pada
ketika menganji untuk benang RING SPINNING polyester.
Contoh
formula kanji untuk kain spun polyester 100%
Bahan kanji
|
60’s Lawn
100 x 95
60 x 60
|
40’s Lawn
80 x 80
40 x 40
|
30’s Lawn
60 x 60
30 x 30
|
Irregular cross section
60’s
90 x 80
60 x 60
|
High twist
600 ~ 700
90 x 88
60 x 60
|
Starch
|
2.5 – 2.7
|
2.5 – 2.7
|
2.3 – 2.5
|
1.8 – 2.0
|
2.0 – 2.2
|
PVA
|
6.3 – 6.5
|
6.0 – 6.2
|
5.3 – 5.5
|
6.5 – 6.7
|
5.0 – 5.3
|
Acrylic
|
1.3 – 1.5
|
1.0 – 1.2
|
1.0 – 1.2
|
1.0 – 1.2
|
1.2 – 1.3
|
Silicone
|
0.07 – 0.1
|
0.07 – 0.1
|
0.07 – 0.1
|
0.07 – 0.1
|
0.07 – 0.1
|
Anti static agent
|
0.05– 0.07
|
0.05– 0.07
|
0.05– 0.07
|
0.07 – 0.1
|
0.07 – 0.1
|
CMC
|
0.3 – 0.4
|
0.3 – 0.4
|
0.2 – 0.3
|
0.4 – 0.5
|
0.2 – 0.3
|
Concent/
Refracto (%)
|
11
|
10
|
10
|
10
|
9
|
Take Up%
|
12 - 15
|
11 - 14
|
10 - 13
|
10 - 11
|
8 - 9
|
Size temperature
(º C)
|
80 - 85
|
80 - 85
|
80 - 85
|
80 - 85
|
80 - 85
|
Catatan: Usahakan selalu pakai double size
box dan wet splitting
Kain Polyester Blended Yarn/ Benang Spun
Campuran Polyester Cotton atau Rayon
Kain
polyester blended yarn ditenun memakai benang spun blended yarn. Benang
polyester blended utamanya dengan campuran cotton atau rayon. Jenis polyester
blended yarn paling umum adalah “polyester 65%/cotton 35%”, biasa disebut:
P65/C35. Di Indonesia lebih dikenal dengan sebutan TC, singkatan dari T=
Tetoron, suatu merek polyester yang terkenal – dan C= Cotton. Benang blended lain yang cukup
popular yaitu P/R, yaitu blended/ campuran antara polyester dengan rayon, di Indonesia populer dengan sebutan T/R (Tetoron/ Rayon).
Serat
polyester yang akan di blended/ dicampur dibuat dengan aneka jenis, seperti
jenis regular/ biasa, jenis intermediate stretching, atau jenis high strength
low elongation.
Ukuran
paling popular pada serat polyester individual adalah 1.4 – 1.5 denier dengan
panjang serat 37mm sampai 38mm.
Jika
kehalusan serat makin kasar, maka jumlah serat pesatuan unit panjang menjadi sedikit
sehingga penutupan bulu menjadi lebih sulit karena serat semakin besar. Maka akibatnya
banyak bulu keluar dari benang dan bulu yang saling bertaut tidak mudah putus
menjadikan pembukaan mulut lusi menjadi buruk, berakibat menghambat peluncuran
pakan. Dan jika kehalusan serat bertambah, maka titik kontak pada serat makin
sedikit sehingga benang mudah putus karena meningkatnya inter sliding dari
serat, maka bahan kanji acrylic yang memiliki daya rekat kuatpun harus
ditambahkan untuk mengatasi masalah itu.
Jika serat
khusus yang dipakai yaitu jenis “irregular cross sectional”, maka penganjian
menjadi lebih sulit dibanding menganji serat polyester normal karena bulunya cenderung
lebih banyak sehingga kemungkinan bulu saling
terkait
menjadi lebih besar.
Contoh resep kanji Tetoron/ Cotton TC
45 (65/35)
Bahan kanji
|
30’s
Shirting
80 x 70
30 x 30
|
30’s
80 x 70
30 x 30
|
45’s
Broad
132 x 72
45 x 45
|
67’s
Lawn
70 x 70
67 x 67
|
45’s
Burberrys
150 x 75
45 x 45
|
Starch
|
2.5
– 3.0
|
6.0
– 6.5
|
3.5
– 4.0
|
2.5
– 3.0
|
3.5
– 4.0
|
PVA
|
3.5
– 4.0
|
2.0
– 2.5
|
5.5
– 5.7
|
5.0
– 5.5
|
5.7
– 6.0
|
Acrylic
|
0.6
– 0.8
|
0.6
– 0.8
|
1.0
– 1.2
|
1.0
– 1.2
|
1.2
– 1.25
|
Silicone
|
-
|
0.05
|
0.05
|
0.05
|
0.07
|
Oiling agent
|
0.5
– 0.55
|
0.55
– 0.6
|
0.5
– 0.6
|
0.5
– 0.6
|
0.5
– 0.6
|
CMC
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Concent/
Refracto (%)
|
|||||
Take Up%
|
9
- 10
|
12
- 13
|
11
- 12
|
11
- 12
|
13
- 15
|
Size temperature
(º C)
|
90
- 93
|
90 - 93
|
90 - 93
|
90 - 93
|
90 - 93
|
Contoh resep kanji Tetoron/ Rayon T/R
(65/35)
Bahan kanji
|
30’s
Shirting
80 x 70
30 x 30
|
30’s
80 x 70
30 x 30
|
|||
Starch
|
2.5
– 3.0
|
2.5
– 3.0
|
|||
PVA
|
5.0
– 5.5
|
5.5
– 5.8
|
|||
Acrylic
|
1.0
– 1.2
|
1.2
– 1.5
|
|||
Silicone
|
0.07
|
0.07
|
|||
Oiling
agent
|
0.5
– 0.6
|
0.5
– 0.6
|
|||
CMC
|
|||||
Concent/
Refracto
(%)
|
|||||
Take Up%
|
10
- 11
|
12
– 13
|
|||
Size
temperature
(º C)
|
80
+/- 3
|
80
+/- 3
|
Kain Dengan Benang Campuran Spun Polyester/
Ramie
Menganji
benang- benang campuran polyester/ ramie benar- benar sulit, sesulit menganji
benang 100% wool.
Adalah mungkin
untuk menganji benang tersebut dengan relative mudah sampai nomor 30’s. Namun
jika nomor benang melebihi nomor ini, mungkin hasil sizing akan jelek dan
sangat sulit ditenun.
Alasannya bisa dijelaskan demikian: adalah sangat besar
bedanya antara daya mulur serat polyester yang mencapai 40 – 50% disbanding
ramie yang hanya berkisar 1.8 – 2.3%. Kehalusan serat (fineness) ramie adalah
kasar/ besar,dan strength (kekuatan tariknya) tinggi dan bulu- bulunya sangat
sulit untuk dibuat tidur. Seratnya sangat kuat dan tak akan mudah putus jika
sudah saling terbelit.
Maka keseragaman
pencampuran antar serat ini menjadi jelek sehingga twist memiliki kecenderungan
untuk terpusat pada daerah yang tipis menyebabkan pada daerah tebal akan
kekurangan twist. Ini menyebabkan penyerapan kanji tidah merata pada seluruh
bagian benang.
Biasanya
pada benang- benang antara nomor 40/s dan 50/s jumlah bulunya sangat banyak
dengan rata- rata bulunya panjang- panjang, sehingga ketika terjadi bulu yang
saling terkait tersebut, pada titik lemah benang yang twistnya rendah akan
putus. Oleh karena itu penutupan bulu merupakan unsure penting pada proses
penganjian polyester ramie. Oleh karena itu penting untuk membuat benang
tersebut menjadi licin dengan menambahkan after wax , zat pelumas dan
menambahkan silicone.
Contoh resep kanji Polyester 65%/
Ramie 35%
Bahan kanji
|
30’s
80 x 70
30 x 30
|
40’s
98 x 76
40 x 40
|
|||
Starch
|
6.0
– 6.5
|
5.0
– 5.5
|
|||
PVA
|
-
|
2.5.
– 3.0
|
|||
Acrylic
|
1.0
– 1.2
|
0.5
– 0.8
|
|||
Silicone
|
0.05
– 0.1
|
0.05
– 0.1
|
|||
Oiling
agent
|
0.4
– 0.5
|
0.5
– 0.6
|
|||
CMC
|
0.5
|
||||
Concent/
Refracto
(%)
|
|||||
Take Up%
|
10
- 12
|
11
– 13
|
|||
Size
temperature
(º C)
|
80
- 85
|
80
- 85
|
Translated
by: Khaeruddin Khasbullah
See: JICA
(Japan International Cooperation Agency – Nagoya Training Center: Sizing
Technique. 1981.
Under
construction…………………………………………………
Tidak ada komentar:
Posting Komentar