Agar penganjian dapat dilakukan
dengan sebaik- baiknya dan seefektif mungkin, kita harus memperhatikan dengan
seksama beberapa hal yang berkenaan dengan pembuatan larutan kanji.
Dewasa ini hanya sedikit yang
membuat resep dengan obat kanji hanya satu macam. Biasanya resep tersebut merupakan
campuran 2 macam obat atau lebih obat kanji, ditambah sizing wax dan bahan aditif lainnya. Karena menggunakan
bermacam- macam bahan maka membuat larutan kanji yang stabil dan berkualitas
tetap merupakan masalah yang sulit. Untuk mebuat larutan kanji yang berkualitas
tetap dan mendapatkan hasil penganjian yang merata, maka pada waktu membuat
larutan kanji kita perlu memperhatikan hal- hal berikut ini:
1. Menggunakan
Bahan Kanji Yang Berkualitas Sama.
Untuk mendapatkan
kanji dengan larutan yang tetap, maka kita harus menggunakan obat kanji yang
memilki kandungan bahan dan sifat/ karakteristik (grade) yang sama. Hati- hati
tiap bahan yang berbeda memiliki sifat/karakteristik yang berbeda. Sifat bahan-
bahan alam/natural seperti starch
dipengaruhi oleh tanah tempat tumbuhnya. Bahan kanji atau bahan aditif sintetis
lainnya memiliki sifat yang sering berbeda tergantung dari pabrik yang
membuatnya. Oleh karena itu sebelum kita menggunakan bahan- bahan tersebut kita
perlu meneliti dulu sifat- sifatnya. Selain itu bahan kanji yang disimpan
terlalu lama akan mengalami perubahan baik pada kadar air maupun sifat-
sifatnya. Oleh karena itu ada baiknya kita menghindari penyimpanan yang terlalu
lama.
2. Komposisi
Resep Harus Selalu Tetap.
Untuk setiap
jenis tenunan dan setiap jenis bahan kanji tertentu pasti ada komposisi resep
yang paling ideal. Hanya saja bukanlah perkara yang mudah untuk menemukan
komposisi yang ideal tersebut, yakni perlu banyak sekali percobaan dan pengamatan.
Oleh karena itu, begitu kita menemukan suatu komposisi yang ideal kita harus
tetap mempertahankannya. Bahan kanji kita timbang dengan teliti sesuai
prosentasi resep. Kita tidak boleh menimbang secara serampangan dan sembarangan
mengganti formulasi resep tanpa alas an yang jelas. Alat timbang juga harus
sering diperiksa dan dikalibrasi secara periodik.
Jika masih ada
sisa larutan kanji di dalam cooking tank, kita kadang- kadang diperbolehkan
untuk langsung menambahkan air atau obat kanji keatasnya, atau memasukkan
sizing wax dalam jumlah tertentu kedalam size box. Akan tetapi hal harus
dilakukan dengan penuh kecermatan oleh ahlinya.
Yang dimaksud
dengan prosentasi/ konsentrasi/ komposisi resep adalah jumlah prosentasi
penggunaan obat- obat kanji, sizing wax dan bahan aditif lainnya terhadap total
larutan kanji. Sebelum kita memutuskan memakai suatu resep, kita harus paham
bahwa prosentasi dan jenis obat- obatan dan zat aditif lainnya, adalah sangat
berpengaruh besar terhadap kualitas campuran obat kanji tersebut. Maka para
ahli tidak segan- segan membawa hasil percobaan sebuah formula kanji baru (atau
lama untuk check rutine) ke sebuah
laboratorium, sebelum secara resmi digunakan sebagai formula baku.
Perlu diketahui
bahwa tiap- tiap jenis obat kanji dan sizing wax memilki active/ solid content/
kandungan bahan aktiv yang berbeda- beda tergantung dari besarnya kadar air.
Karena itu kita tidak boleh salah dalam menentukan berat timbangan bahan yang
akan kita pakai.
3. Larutan
Kanji Yang Stabil.
Karena larutan
kanji merupakan campuran beberapa macam bahan, maka sulit untuk membuat larutan kanji yang stabil dengan kualitas tetap akibat perbedaan kondisi reaksi kimiawi
antar bahan, perbedaan pengadukan , suhu dan jangka waktu pemasakan. Hindari
pemakaian obat kanji yang timbul metallic soap akibat reaksi kimia atau obat
kanji yang mengalami pemisahan dengan sizing wax akibat menurunnya kestabilan
emulsifier (zat peng- emulsi/ zat yang dapat melarutkan wax pada air). Sedapat
mungkin kita mencari cara dan urut- urutan pemasakan kanji tanpa menimbulkan
reaksi kimia. Pada waktu memasak kanji kita juga perlu berhati- hati karena
viscositas larutan akan berubah- ubah akibar perbedaan suhu pemanasan dan
jangka waktu pemasakan.
I.
RESEP KANJI UNTUK BENANG SPUN
Dengan munculnya
bermacam- macam jenis serat sintetis maka bermunculan juga bermacam- macam
jenis benang spun yang dibuat dengan mencampur / menggabung serat sintetis
tersebut dengan serat alam. Pada umumnya yang disebut dengan BLENDED YARN
kebanyakan adalah campuran antara 2 macam serat, yaitu antara serat sintetis
dengan serat alam atau dengan regenated fibre. Ada juga yang merupakan campuran
3 macam serat yakni antara 2 macam serat sintetis dan satu serat alam atau
regenerated fibre. Bahkan blended yarn yang merupakan campuran 2 macam serat
pun jenisnya masih bias dibuat bermacam- macam dengan mengatur besar kecilnya
komposisi campuran.
Pemilihan nomor
denier dan panjang potongan serat sintetis itu dapat dibuat secara tak
terbatas. Yang biasa dikanji adalah jenis benang yang menggunakan serat kecil
dari 1, 2 d hingga serat besar kira- kira 6 d.
Obat kanji lebih
sulit melekat pada serat sintetis dibandingkan pada serat alam maupun
regenerated fibre sehingga penganjian pun lebih sulit dilakukan pada serat
sintetis. Sejak kemunculan serat sintetis seperti telah disebutkan di muka,
proses penganjian menjadi semakin rumit. Dalam hal pembuatan resep kanji pun,
kita harus memperhatikan perbedaan kondisi benang- benang tersebut diatas.
Hal- hal
mendasar yang perlu menjadi perhatian, yang berkenaan dengan resep kanji yang
akan dibuat, berdasarkan kondisi-
kondisi benang seperti tersebut dibawah ini:
(1). Resep kanji
untuk benang katun 100% adalah PVA jenis saponifikasi sempurna dengan derajat
polymer 1700 (sebanyak 35% dan starch (corn starch = 65%).
(2). Resep untuk blended yarn serat sintetis +
serat katun (umumnya Polyester 65% katun 35%) adalah PVA saponifikasi sempurna
dengan derajat polymerisasi 1700 = 65% dan starch = 35%.
Untuk serat
sintetis digunakan lebih banyak PVA yang memiliki daya adhesi yang kuat. Starch
digunakan sebagai penambah viscositas yang berfungsi untuk menidurkan bulu-
bulu. Karena sifat tenun blended yarn lebih jelek dibanding dengan benang katun
100%, maka meskipun diproses dengan kondisi yang sama dan dengan konsentrasi
resep yang sama tetapi size pick up untuk blended yarn harus dibuat lebih
banyak.
(3). Benang yang
menggunakan fibre kecil (biasanya dipintal dengan cotton spinning system) lebih
mudah dikanji. Semakin besar ukuran fibre yang digunakan akan semakin sulit
untuk menidurkan bulu- bulunya sehingga proses penganjian akan semakin sulit
pula. (Benang yang menggunakan fibre lebih dari 3 denier biasanya dipintal
dengan combing spinning system dan dinyatakan dengan ukuran metric count).
(4). Diantara
serat sintetis yang paling sulit untuk dilekati oleh obat kanji adalah polypropylene
kemudian polyester dan yang relative lebih mudah dilekati obat- obat
kanji adalah nylon.
(5). Jika benang
yang dikanji adalah benang yang menggunakan serat dengan denier sama bernomor
sama dan memiliki komposisi campuran serat yang sama, maka benang yang memiliki
twist yang lebih banyak sebaiknya dibuat dengan size pick up lebih rendah/
sedikit.
(6). Benang
double dapat dikanji dengan size pick up rendah/ sedikit. Benang bernomor besar
kurang dari 40/2s dapat ditenun tanpa dikanji (kecuali untuk mesin
air jet, sebaiknya tetap dikanji tipis- tipis untuk mencegah stop pakan
karena bulu), sementara untuk benang double bernomor kecil dibawah 40/2s
dikanji dulu dengan larutan kanji encer/ konsentrasi rendah.
I.1 Benang Katun
Beberapa tahun
lalu ketika rpm mesin dibawah 150, untuk penganjian benang katun hanya
menggunakan starch, tetapi akhir- akhir ini karena tuntutan kecepatan dan mutu
kain, mulai digunakan campuran starch dengan kanji sintetis terutama PVA.
Sekarang prosentasi resep yang banyak digunakan adalah PVA 30% ~ 35% dan starch
65% ~ 70%. Dimasa mendatang, dimana rpm mesin tenun sudah mencapai
diatas 1000, kemungkinan prosentase PVA akan semakin bertambah.
Prosentasi
pemakaian tepung pun mengalami pergeseran, dari semula tepung tapioca, tepung
gandum/wheat flour berubah menjadi lebih mengarah ke pemakaian tepung jagung
(corn starch). Apalagi sekarang ini persyaratan kondisi lingkungan kerja
menjadi lebih ketat. Untuk memperbaiki kondisi lingkungan ruang tenun, maka
proses weaving dilakukan dalam kondisi humiditas rendah. Untuk memenuhi kondisi
itu prosentasi penggunaan PVA pun ditingkatkan. Karena formula obat kanji perlu
disesuaikan menurut jenis kain yang akan ditenun, maka kita harus membuat
larutan kanji dengan konsentrasi yang dirasa berdasar percobaan paling tepat
untuk suatu jenis tenunan.
Pada umumnya
untuk jenis tenunan dengan anyaman renggang dan menggunakan benang dengan nomor
besar, maka cocoknya dikanji dengan konsentrasi larutan yang rendah. Semakin
kecil nomor benang yang digunakan dan semakin rapat anyamannya, maka
konsentrasi larutan kanji pun harus dibuat semakin tinggi dan dengan size pick
up yang semakin tinggi pula.
Benang single
sebaiknya dikanji dengan konsentrasi yang lebih tinggi dan SPU (size pick up)
yang lebih tinggi pula. Sementara untuk benang double digunakan larutan kanji
dengan konsentrasi lebih rendah dan SPU yang lebih rendah pula.
Diantara jenis
anyaman tenun, anyaman plain paling sulit ditenun sedangkan jenis anyaman yang
floatnya makin panjang seperti satin lebih mudah. Untuk anyaman plain harus
digunakan yang berkonsentrasi tinggi dan dengan SPU yang tinggi pula. Jadi,
jumlah persilangan anyaman dalam 1 inch²
menentukan sulit mudahnya proses tenunnya.
Untuk anyaman
poplin benang single perlu dilakukan penganjian yang tebal,pemakaian bahan
pelembut dan bahan pelicin (wax) diperbanyak, serta obat kanji yang digunakan
tidak membuat benang menjadi kaku. Satin dan twill yang memiliki berat per
meter² nya berat tidak
boleh dikanji hingga terlalu kaku dan permukaan benangnya menjadi kasar. Untuk
itu pada resep kanji ditambahkan softener dan lubricant secukupnya agar lapisan
film/ kanji menjadi lembut sampai batas yang diperbolehkan.
Dibandingkan
dengan carded yarn, combed yarn lebih membutuhkan obat kanji yang memiliki
sifat penetrasi dan sifat adhesi yang lebih baik.
Dewasa ini di
pasaran muncul benang katun yang dipintal dengan AIR JET SPINNING MACHINE yang
menghasilkan benang yang memiliki kekhasan sifat tersendiri dan diperkirakan di
masa mendatang jumlah produksinya akan meningkat pesat. Air Spinning Machine
ini sekarang sudah dapat membuat benang dengan nomor 40s. Hanya saja dari segi
kualitas maupun dari segi ekonomis, proses ini lebih menguntungkan jika
memproduksi benang besar seperti no 20s. Oleh karena itu dewasa ini hamper
setiap perusahaan spinning menfokuskan diri dalam produksi benang nomor 20s.
Kemampuan obat
kanji untuk melekat pada benang hasil Air Spinning Machine ini dibandingkan
dengan kemampuannya pada benang hasil Ring Spinning Machine cenderung sedikit
berbeda. Oleh karena itu, pada waktu menentukan resep obat kanji kita harus
memperhatikan dengan cermat tentang karakteristik adhesivitas/ pelekatan obat
kanji pada benang- benang tersebut.
Hal
|
Resep kanji
Jenis benang
|
1
|
2
|
3
|
4
|
Size Pick Up%
|
Air Spin Yarn
Ring Spin Yarn
|
9.1
8.1
|
10.4
9.2
|
11.2
10.0
|
12.0
10.5
|
Viscositas kanji (Cp)
|
470
|
480
|
490
|
500
|
Skema
Kemampuan Melekat Obat Kanji Pada Air Spinning & Ring Spinning
Catatan:
Resep kanji no
1,2,3,4 adalah sama dengan contoh resep benang katun no 31,32,33,34 yang
tercantum pada lembar mendatang.
Hasil
perbandingan Air Spinning Yarn denga Ring Spinning Yarn adalah seperti yang
tercantum pada table 7.1 maupun 7.2. Jika disimpulkan maka hasil proses Air
Spinning sebagai berikut:
(1)
Derajat simetrinya bagus karena bulu dan bentuk
benang yang tidak rata hanya sedikit (Yarn evenness nya tinggi).
(2)
Derajat bulkiness nya tinggi. Cepat dan banyak
menyerap obat kanji, sehingga obat kanji dapat berpenetrasi hingga ke bagian
dalam benang.
(3)
Meskipun strength sedikit lebih rendah tapi
bundling powernya (kekuatan menahan gesekan) lebih unggul.
(4)
Jumlah twistnya sedikit lebih banyak.
Tabel 7.2 Perbandingan karakteristik Air Spinning Yarn
dengan Ring Spinning Yarn.
Jenis Benang
Item
|
Ring Spinning Yarn
|
|
Moisture Content (%)
Lea Strength (kg)
Lea Elongation (%)
Single Yarn Strength (g)
Single Yarn Elongation (%)
Uster (U%)
Bundling Power (Times)
Twist (T/inch)
|
6.85
45.56
6.74
341.49
6.66
15.84
148
19.01
|
6.61
41.39
7.51
315.80
7.92
12.01
1150
21.64
|
Jika kita perhatikan, hasil test diatas
menunjukkan bahwa Air Spinning Yarn dapat dikanji dengan menggunakan
konsentrasi resep yang lebih encer/ konsentrasi rendah dengan kemampuan tenun
tidak berbeda dari Ring Spinning Yarn yang dikanji dengan konsentrasi normal.
Berikut ini akan
ditunjukkan contoh- contoh resep kanji untuk tiap- tiap jenis tenunan benang
katun, yaitu cntoh resep dengan komponen utama starch dan contoh resep dengan
komponen utama PVA sebagai usaha untuk mengimbangi pengurangan humiditas di
ruang tenun. Diberikan pula beberapa macam contoh resep untuk beberapa macam
kondisi. Pada umumnya semakin banyak prosentase penggunaan obat kanji sintetis,
maka konsentrasi resep dapat diturunkan.
Selain itu, anti
jamur anti tungau, anti lengau, dll, dapat pula ditambahkan obat untuk maksud
tersebut (seperti : Neoshintol C, Resista, dll) tergantung dari kondisi saat
itu.
Untuk Resep Katun, PVA yang
dipakai biasanya adalah Fully Hydrolized Type atau intermedially PVA seperti
PVA CST dari Kuraray atau C-500 dari Gohsenol atau JM 17 dari Japan Poval untuk
menghindari clogged pada system pipa transfer. Tapi kadang- kadang juga memakai
PVA Partially Hydrolized medium untuk simplifikasi penyimpanan obat.
1.
Katun 20s Kanakin (Shirtings Cambridge)
Corn Starch
PVA intermedially
Acrylic 25%
Wax
Anti Fungi
Total
|
4.5%
2.5%
0.5%
0.4%
0.02%
7.92%
|
2.
Katun 30s Saifu (fine fabrics)
Corn Starch
Acrylic 25%
Wax
Total
|
7.0%
0.5%
0.5%
8.0%
|
3.
Katun 20s Katsuragi (drill)
Corn Starch
PVA medium
Acrylic 25%
Wax
Total
|
7.0%
1.5%
1.0%
0.5%
10.0%
|
4.
Katun 24s Saifu (fine fabrics)
Corn Starch
PVA intermedially
Acrylic 25%
Wax
Anti Fungi
Total
|
1.5%
2.5%
0.1%
0.2%
0.05%
4.35%
|
5.
Katun 30s Kanakin (shirtings cambrics)
Corn Starch
PVA intermedially
Acrylic 25%
Wax
Anti Fungi
Total
|
6.0%
2.5%
0.5%
0.5%
0.02%
9.52%
|
6.
Katun 30s Aya (Twill)
Corn Starch
PVA intermedially
Wax
Total
|
2.0%
3.0%
0.2%
5.2%
|
7.
Katun 30s Popline
Corn Starch
PVA medium
Acrylic 25%
Wax
Total
|
8.0%
1.0%
0.3%
0.5%
9.8%
|
8.
Katun 40s Popline
Corn Starch
PVA medium
Acrylic 25%
Wax
Anti fungi
Total
|
8.5%
3.5%
0.6%
0.6%
0.03
13.23%
|
9.
Katun 40s Popline
Corn Starch
PVA medium
Acrylic 25%
Wax
Total
|
8.0%
3.0%
1.0%
0.4%
12.4 %
|
10.
Katun 40s
Popline
Corn Starch
PVA medium
Partially
Acrylic 25%
Wax
Anti Fungi
Total
|
3.0%
5.5%
0.5%
0.5%
0.02%
9.52 %
|
11.
Katun 40s Popline
Corn Starch
PVA medium Partially
Acrylic 25%
Wax
Total
|
3.0%
5.0%
0.5%
0.4%
8.9 %
|
12.
Katun 40s Popline
Corn Starch
PVA A-300
(PVA modifikasi)
Wax
Anti Fungi
Total
|
1.5%
6.0%
0.2%
0.04%
7.74 %
|
13.
Katun 60s High Density Plain
Corn Starch
PVA medium
Partially
Acrylic 25%
Wax
Anti Fungi
Total
|
4.0%
6.5%
0.6%
1.2%
0.02%
12.32%
|
14.
Katun 80s High Density Plain
Corn Starch
PVA medium
Partially
Acrylic 25%
Wax
Anti Fungi
Total
|
5.0%
8.0%
1.0%
0.8%
0.02%
14.82%
|
15.
Katun 80s Lawn
Corn Starch
PVA medium
Partially
Acrylic 25%
Wax
Anti Fungi
Total
|
5.5%
3.0%
0.4%
0.9%
0.01%
9.81%
|
16.
Katun 120/2 Broad
Corn Starch
PVA medium
Acrylic 25%
Anti Fungi
Total
|
4.5%
1.5%
0.6%
0.03%
6.63%
|
17.
Katun 20s Saifu AIR SPINNING YARN
Corn Starch
Wax
Total
|
7.0%
1.0%
8.0%
|
18. Katun 20s Kanakin (Shirting) AIR SPINNING YARN
Corn Starch
PVA medium
Wax
Total
|
7.0%
1.0%
0.4
8.4%
|
19.
Katun 20s Twill AIR SPINNING YARN
Corn Starch
PVA medium
Wax
Total
|
6.4%
2.0%
0.4
8.8%
|
20.
Karun 30s Popline AIR SPINNING YARN
Corn Starch
PVA medium
Partially
Acrylic 25%
Wax
Total
|
6.4%
2.0%
0.4%
0.4%
9.2%
|
Untuk anyaman satyn atau twill, memakai resep yang
sama seperti contoh dengan penambahan air
I.2. Synthetics Fibre –
Cotton Blended Yarn
12. T/C
65s
Satin
Rumus Cover Factor (CF) =
-------------- + ---------------
------------------------------UNDER CONSTRUCTION-------------------------------
Biasanya PVA yang
dipakai adalah Partially Hydrolized, kadang campuran antara medium viscosity
dengan Low Viscosity
1. Polyester/
Katun (T/C) 45s Popline
Corn Starch
PVA medium
Partially
Acrylic 25%
Wax
Anti Fungi
Total
|
4.0%
6.0%
0.5%
0.5%
0.1%
11.1%
|
2. Polyester/
Katun (T/C) 45s Popline
Corn Starch
PVA medium
Partially
Acrylic 25%
Wax
Total
|
3.5%
5.0%
1.0%
0.4%
9.9%
|
3. T/C
45s Popline
Corn Starch
PVA medium
Partially
Acrylic 25%
Wax
Anti Fungi
Total
|
4.5%
3.0%
0.2%
0.4%
0.02%
8.12%
|
4. T/C
45s Popline
Corn Starch
PVA medium
Partially
Acrylic 25%
Wax
Anti Fungi
Total
|
4.5%
7.0%
0.8%
0.5%
0.01%
12.81%
|
5. T/C
45s Popline
Corn Starch
PVA medium
Partially
Acrylic 25%
Wax
Total
|
3.5%
5.0%
1.0%
0.4%
9.9%
|
6. T/C
45s Popline
Corn Starch
PVA medium
Partially
Acrylic 25%
Wax
Anti Fungi
Total
|
5.5%
3.5%
0.3%
0.5%
0.04%
9.84%
|
7. T/C
30s Shirting fabrics
Corn Starch
PVA medium
Partially
Acrylic 25%
Wax
Total
|
3.5%
5.5%
1.0%
0.3%
10.3%
|
8. T/C
30s Twill
Corn Starch
PVA medium
Partially
Acrylic 25%
Wax
Total
|
7.0%
3.0%
1.0%
0.5%
11.5%
|
9. T/C
35s Twill
Corn Starch
PVA medium
Partially
Acrylic 25%
Anti fungi
Total
|
11.5%
2.5%
0.5%
0.06%
14.56%
|
10. T/C
35s Shirting
Corn Starch
PVA medium
Partially
Acrylic 25%
Wax
Total
|
4.0%
6.0%
0.5%
0.5%
11.0%
|
11. T/C
45s
Satin
Corn Starch
PVA medium
Partially
Acrylic 25%
Wax
Anti fungi
Total
|
5.5%
8.5%
1.0%
0.9%
0.06%
15.96%
|
Corn Starch
PVA medium
Partially
Acrylic 25%
Wax
Total
|
3.0%
6.0%
1.0%
0.5%
14.56%
|
13. T/C 65s
Lawn
Corn Starch
PVA medium
Partially
Acrylic 25%
Wax
Anti fungi
Total
|
7.0%
4.0%
1.5%
0.8%
0.003%
12.83%
|
14. T/C
72s
Lawn
Corn Starch
PVA medium
Partially
Acrylic 25%
Wax
Total
|
3.0%
5.5%
3.0%
1.0%
12.5%
|
I.3. Synthetic Fiber- Rayon Blended Yarn
Serat sintetis
yang dimaksud disini kebanyakan adalah Polyester. Standard prosentase campuran
benang adalah sama seperti campuran dengan katun yaitu Polyester 65% dan Rayon
35%. Berikut ini adalah perbandingan antara kondisi sizing polyester rayon
dengan kondisi untuk polyester katun blended yarn:
a.
Meskipun obat kanji lebih mudah melekat ke rayon
daripada ke katun, tetapi karena prosentasi rayon hanya 35%, maka resep dibuat
mendekati sama dengan resep T/C.
b.
Tetapi karena rayon merupakan serat semi kimia
(chemical compound yarn), maka kelebihan benang rayon adalah ukuran besarnya
denier dan panjang serat (fibre length) dapat dibuat bermacam- macam. Karenanya
kita bisa lebih bebas dalam mengatur besaran “grip” benang. Serat polyester
yang digunakan untuk campuran polyester- katun adalah serat dengan ukuran 1.5 –
2.5 denier dan panjang potongan 35- 38 mm. Sedangkan untuk T/R baik serat
polyester maupun serat rayon kebanyakan menggunakan serat yang besar dan
panjang, yaitu yang memiliki denier 2- 2.5 dan panjang potongan 51- 57mm. Dan
meskipun jumlahnya sedikit, ada juga yang menggunakan serat 3-6 denier untuk
menciptakan pegangan yang khusus. Oleh karena itu dibanding benang T/C, twist
benang T/R lebih sedikit, deniernya lebih besar sehingga lebih sulit ditidurkan,
Sehingga jika penganjiannya kurang tepat akan muncul “pilling” pada
pernukaan kain.
Maka resep kanji yang dibuat harus disesuaikan dan
ditentukan berdasarkan nomor denier dan panjang potongan serat dari benang.
Untuk benang ber denier besar (yaitu denier besar dan potongan serat panjang-
panjang), konsentrasi dan viscositas perlu dinaikkan dan Size Pick Up dibuat
lebih tinggi agar bulu- bulu dapat ditidurkan, hal ini sangat penting, lebih-
lebih pada proses tenun menggunakan air jet loom.
Maka pada umumnya pada proses penganjian T/R,
pemanasan size box dibuat lebih rendah di banding pada proses T/C agar
viscositasnya lebih tinggi (walaupun resepnya dibuat sama).
Catatan:
Makin rendah temperature, viscositas larutan kanji makin tinggi.
c.
Benang T/R juga ada yang menggunakan serat 1.5
denier. Ada juga sebagai pengganti rayon digunakan serat Polynosic. Jika
menggunakan serat polynosic, maka kebanyakan menggunakan serat kecil yakni 1.2
~ 1.5 denier dan nomor benang benang polyester- polynosic yang umum adalah Ne
40 ~ 65s. Resep kanji untuk benang campuran ini adalah SAMA seperti resep pada
benang polyester- katun.
Contoh- contoh resep kanji:
1.
T/R 30s Twill
Corn starch
PVA medium
partially hydrolyzed
Acrylic 25%
Wax
|
2.5%
7.5%
0.5%
0.5%
|
Total
|
11.0%
|
2.
T/R 34s Popline
Corn starch
PVA medium
partially hydrolyzed
Acrylic 25%
Wax
|
7.0%
3.5%
0.5%
0.5%
|
Total
|
11.5%
|
3.
T/R 40s Poplin
Corn starch
PVA medium
partially hydrolyzed
Acrylic 25%
Wax
|
6.0%
2.5%
1.0%
0.8%
|
Total
|
10.3%
|
4.
T/R 40/2s
Broad
PVA medium
partially hydrolyzed
Acrylic 25%
Wax
|
2.0%
0.3%
0.4%
|
Total
|
2.7%
|
5.
T/R 44/2s
Kashidos
PVA medium
partially hydrolyzed
Wax
|
2.5%
1.2%
|
Total
|
3.7%
|
6.
T/R 60/2s Broad
Corn starch
PVA medium
partially hydrolyzed
Wax
|
1.0%
2.5%
0.4%
|
Total
|
3.9%
|
7.
T/R 66/2s Kashimiya
PVA medium
partially hydrolyzed
Acrylic 25%
|
2.0%
6.0%
|
Total
|
8.0%
|
8.
Polyester – Polynosic 60s Lawn
Corn starch
PVA medium
partially hydrolyzed
Wax
|
5.0%
5.7%
0.3%
|
Total
|
11.0%
|
9.
Polyester – Polynosic 45s Popline
Corn starch
PVA medium
partially hydrolyzed
Acrylic 25%
Wax
|
3.0%
6.5%
0.3%
0.5%
|
Total
|
10.3%
|
I.4. Synthetic Fiber – Ramie/ Linen Blended
Yarn
Yang dimaksud
dengan serat sintetis disini pun kebanyakan adalah polyester. Sebagian kecil ada
yang menggunakan acrylic. Ada dua jenis serat ini, yakni: Rami dan Linen.
Karena keduanya merupakan serat yang besar kaku dan keras, maka biasanya bulu-
bulunya sulit di tidurkan. Oleh karena
itu, benang ini sedikit sekali di gunakan dalam proses pertenunan berkerapatan
tinggi. Penentuan resep kanji dititik beratkan pada upaya untuk menidurkan
bulu, sehingga benang perlu dikanji dengan viscositas larutan dan konsentrasi
resep dibuat tinggi.
Contoh- contoh resep:
1.
Mixed Polyester- Rami/ Linen 40s Shirting
fabrics
Corn starch
PVA medium
partially hydrolyzed
Acrylic 25%
Wax
|
3.0%
5.0%
1.5%
0.7%
|
Total
|
10.2%
|
1.
Mixed Polyester- Rami/ Linen 34s Shirting
fabrics
Corn starch
PVA medium
partially hydrolyzed
Acrylic 25%
Wax
|
2.0%
4.5%
2.0%
0.4%
|
Total
|
8.9%
|
I.5. Synthetic Fiber – Wool Blended Yarn
atau Wool Spun 100%
Dulu, kecuali
untuk tenunan khusus seperti muslin, semua tenunan wool dari combed yarn dibuat
dari combed yarn double dan tanpa dikanji. Tetapi dewasa ini dunia
tenun wool telah muncul high speed weaving untuk kain wool, seperti mesin tenun
Rapier, dll. Karena kesulitan ketika menganji benang wool sehingga banyak
terjadi lusi putus sehingga mengakibatkan effisiensi rendah, maka ada
kecenderungan untuk menenun wool dengan benang lusi double, karena sejak dulu
benang wool memiliki denier besar (4~7 denier) dan twist yang rendah sehingga
bulu- bulunya sulit ditidurkan. Selain itu karena rambut hewan itu anti air
sehingga penetrasi obat kanji menjadi sulit. Maka benang jenis ini harus
dikanji dengan obat dengan viscositas tinggi dan SPU yang tinggi pula. Jika
benangnya double, maka tetap diperlukan penganjian untuk meningkatkan
effisiensi walau dengan konsentrasi dan SPU yang rendah.
Dewasa ini ada
tuntutan agar menggunakan benang lusi dan pakan wool single sebagai upaya untuk
menekan beaya operasional tenun kain wool. Jika menggunakan benang single, maka
proses penganjian betul- betul diperlukan. Agar bulu- bulu tebalnya bias tertidur
maka seperti telah dikemukakan diatas, harus dikanji dengan larutan yang konsentrasi
dan kekentalannya tinggi. Meskipun perlakuan terhadap benang polyester blended
yarn tidak dibenadakan dengan wool 100%, namun karena sifat anti air polyester/
wool blended yarn lebih rendah, maka dibandingkan dengan wool 100% penetrasi
obat kanji lebih baik sehingga polyester/ wool yarn menjadi lebih mudah
dikanji.
Contoh- contoh
resep
1.
Polyester/ wool blended yarn 52/1 Mosline
Corn starch
PVA medium
partially hydrolyzed
Acrylic 25%
Wax
|
3.5%
6.0%
0.5%
0.5%
|
Total
|
10.5%
|
2.
Wool 52/1 Sheet
Corn starch
PVA medium
partially hydrolyzed
Wax
|
4.0%
6.0%
0.7%
|
Total
|
10.7%
|
3.
Wool 60/2 Sheet
1.
Corn starch
PVA medium
partially hydrolyzed
Acrylic 25%
Wax
|
2.5%
3.5%
0.5%
0.4%
|
Total
|
6.4%
|
I.6. Benang Full Synthetics (Synthetic 100%)
Tenunan dari
benang serat sintetis 100% memiliki kelemahan yaitu pada waktu diproses gampang
keluar bulu karena mengandung electro statis dan bulu- bulu itu
sulit sekali dihilangkan. Selain itu juga gampang keluar “pilling”, yakni nep
yang terjadi karena bulu- bulu menggumpal. Dahulu, selain untuk bahan industry benang
ini hamper tidak pernah untuk bahan pakaian. Namun saat ini rekayasa serat ini
begitu maju sehingga hamper sifat- sifat buruknya sudah dapat diatasi. Misalnya
sekarang ini serat polyester yang tidak menyerap air dengan cepat sudah dapat
direkayasa sehingga kecepatan absorb terhadap air bias lebih baik dan lebih
merata dibanding kain katun (Breeze Yarn). Begitu juga kemajuan pada proses
Dying Finishing yang telah dapat memproses kain polyester sehingga bisa sehalus
dan seindah sutera.
Hal yang harus
diperhatikan ketika menenun benang ini adalah besar dan panjang serat yang
dipakai. Seperti telah diterangkan dimuka, standard denier dan panjang potongan
serat sintetic untuk synthetic / cotton blended yarn adalah 1.2 – 1.5 d, 35~38
mm. Standard untuk staple blended yarn adalah 2~2.5d, 51~57 mm. Sedangkan untuk
synthetic/ wool blended yarn adalah 3~6d, 76~105 mm.
Karena besarnya
denier dan panjang potongan serat dari benang staple sintetis 100% dapat dibuat
beraneka macam dengan bebas, maka sebelum kita menggunakan nya kita harus
memeriksa dulu specifikasinya. Biasanya bila menggunakan denier kecil dan
potongan seratnya pendek, maka bulu- bulunya akan lebih mudah ditidurkan.
Senakin besar denier nya dan semakin panjang potongan seratnya maka akan
semakin sulit untuk menidurkan bulu- bulunya, sehingga proses sizingnya menjadi
sulit dan sifat tenun dan kualitas hasilnya menjadi lebih jelek. Karena timbulnya
Nep/
Pilling.
Jika benang
staple sintetis 100% dibuat dengan method RING SPINNING, maka secara garis
besar memiliki standard tertentu dalam menentukan besarnya denier dan panjang
potongan serat yang akan digunakan. Jika di spinning menggunakan cotton
spinning machine, maka standardnya adalah: 2~1.5d, 35~38 mm. Jika menggunakan
rayon spinning machine maka standardnya adalah 2~2.5d, 51~57 mm, dan jika
menggunakan spinning wool maka standardnya adalah 3~6d, 76~105mm.
Maka resep untuk
benang staple fiber sintetis 100% dibuat dengan memperhatikan kondisi- kondisi
seperti tersebut diatas. Maka untuk benang yang menggunakan denier besar
menggunakan larutan kanji yang kental dan diusahakan agar larutan kanji mampu
penetrasi ke benang dengan baik.
Contoh- contoh
resep Polyester 100%:
(To be continued...............)
I.7. Benang Rayon Staple dan Polynosic Staple
Diantara segala
jenis serat, serat rayon dan Polynosic merupakan serat yang paling gampang
dilekati oleh obat kanji. Oleh karena itu serat ini cukup dikanji dengan
menggunakan resep dengan KOMPOSISI UTAMA NYA STARCH dan dengan konsentrasi yang
rendah. Hanya saja karena karakteristik serat Polynosic mirip seperti serat
katun dan derajat elongasinya pun seperti katun tetapi karena knit strength nya
lemah, maka jika dikanji terlalu kaku akan mengakibatkan elongasinya bertambah
kecil dan benang menjadi seperti rapuh. Oleh karena itu disbanding dengan resep
untuk rayon, resep untuk polynosic, KADAR STARCH NYA DIKURANG dan KADAR PVA NYA
DITAMBAH AGAR HASIL PENGANJIAN MENJADI LEBIH SOFT.
Pada umumnya
banyak benang spun rayon yang menggunakan serat dengan denier 2- 2.5 dan panjang serat 51 – 57 mm. Sedang untuk
polynosic banyak yang menggunakan serat ber denier 1.2 – 1.5 dan panjang serat 35 – 38 mm. Sifat serat
Polynosic mirip seperti sifat serat katun, sehingga bias dipintal hingga ukuran
kecil (Ne tinggi). Oleh karena itu benang rayon sering bernomor besar, maksimum
sampai no Ne40s, sedangkan serat polynosic sering dibuat untuk benang kecil
dari no Ne40s sampai Ne60s.
Contoh- contoh
resep Rayon/ Polynosic.
1.
Benang Rayon Staple 30s Mosu
Corn Starch
PVA medium partially hydrolyzed
Wax
Total
|
4.5%
0.5%
0.4%
5.4%
|
2. Benang Rayon Staple 30s Mosu
Corn Starch
PVA medium partially hydrolyzed
Wax
Total
|
3. Polynosic 40s Shitsuji
Corn Starch
PVA medium partially hydrolyzed
Wax
Total
|
4. POLYNOSIC 60S lAWN
Corn Starch
PVA medium partially hydrolyzed
Wax
Total
|
Corn Starch
PVA medium partially hydrolyzed
Wax
Total
|
Keterangan:
- Tentang berat ringannya suatu konstruksi ditentukan dari besar kecilnya Cover Factor. Makin berat suatu konstruksi, makin tinggi konsentrasi formulanya dan makin tinggi pula Size Pick Up nya.
Tetal lusi Tetal pakan
√
Ne. lusi √
Ne. pakan
Dimana:
- CF = 30 – 37 = Konstruksi berat (High density)
- CF = 20 – 29 = Konstruksi sedang (Medium density)
- CF = < 20 = Konstruksi ringan ( Light density)
- Kombinasi dan jenis obat yang dipakai tergantung juga dengan permintaan Customer. Sebagai contoh: untuk kain GUMMED TAPE yang akan dilapis dan di- LAMINATED, bahan silicone dan Carboxyl Methyl Cellulose tak boleh digunakan, karena kedua bahan tersebut menyebabkan GAGAL pada proses laminasi.
- Bila kita bandingkan beberapa resep diatas, dapat kita lihat bahwa resep untuk Rayon adalah resep termurah, disusul resep untuk Cotton, Cvc, TC, dan yang termahal adalah resep untuk Spun Polyester. Resep untuk Rayon adalah sangat murah karena daya serapnya yang sangat tinggi dan kekuatan bulu yang rendah dan tak mudah timbul karena benang rayon dapat menyerap air dari udara yang dapat mencegah ELECTRO STATIC EFECT, sehingga pada resep tidak diperlukan konsentrasi yang tinggi dan tidak membutuhkan COVERING untuk menutup bulu yang tebal, karena bulu tidak timbul atau kalau timbul dia akan putus pada saat saling berkaitan.
------------------------------UNDER CONSTRUCTION-------------------------------
See: Fukada
Kaname & Ichimi Terihiko: How To Size Warp Yarn- Nihon Sen-I Kikai.
Catatan:
Diijinkan untuk mengutip sebagian kecil artikel ini--tidak boleh seluruhnya -- untuk dimuat di situs lain dengan menyebutkan link dan sumber. Apabila ditemukan copy/paste seluruh artikel atau tanpa menyebutkan sumber, akan diajukan ke DMCA Google Complaints supaya di-banned dari Google search. Harap maklum.
Diijinkan untuk mengutip sebagian kecil artikel ini--tidak boleh seluruhnya -- untuk dimuat di situs lain dengan menyebutkan link dan sumber. Apabila ditemukan copy/paste seluruh artikel atau tanpa menyebutkan sumber, akan diajukan ke DMCA Google Complaints supaya di-banned dari Google search. Harap maklum.
Assalamualaikum pak saya mahasiswa yg sdg melakukan penelitian.
BalasHapusMau mempertanyakan perihal sizing compound itu gimana ya pak? Biasanya pakai komposisi apa aja pak sama kekurangan dan kelebihannya seperti apa pak? Terimakasih pak